Khartoum- Selasa, 30 Maret 2014:, Rektor IIQ Jakarta, Dr. Ahsin Sakho Muhammad MA melakukan lawatan ilmiah internasional ke Sudan dan Jeddah Arab Saudi. Di kedua negara Islam tersebut, rektor IIQ Jakarta menjadi narasumber seminar internasional, melakukan kunjungan-kunjungan ilmiah plus menjalin kerjasama-kerjasama dengan perguruan Islam di sana, juga menghadiri konferensi internasional.
Rabu 16/04, sehari setelah sampai di Sudan, mula-mula rektor IIQ Jakarta bersilaturahmi ke Duta Besar RI untuk Sudan, Burhanuddin. Setelah itu, beliau melakukan kunjungan ilmiah ke Rektor Universitas Ulumul Qur’an Sudan, Dr. Ibrahim Nurrain. Tetapi karena Ibrahim Nurrain sedang tidak ada di tempat, rektor IIQ pun ditemui ketua Senat Universitas, Said Sulaiman. Pada kesempatan ini, Ahsin selaku rektor menyampaikan tentang hubungan IIQ Jakarta dengan Universitas Ulumul Qur’an Sudan yang selama ini terjalinn melalui MoU sejak beberapa tahun yang lalu, dan akan terus berlangsung sampai beberapa tahun ke depan. Pihak Universitas Ulumul Quran Sudan pun menyambut hangat kunjungan rektor IIQ Jakarta ini. Apalagi ini adalah bukan kunjungan yang yang kedua kalinya, setelah kunjungan yang pertama pada tahun 2007/2008. Dalam kesempatan silaturrahim ilmiah ini, Rektor IIQ tidak lupa menyampaikan oleh-oleh khas IIQ --“Mushaf Maqamât”—kepada Said Sulaiman, Senat Universitas Ulumul Qur’ann Sudan.
Kamis, 17/04 Rektor IIQ Jakarta mengadakan pertemuan persahabatan dengan rektor Universitas Islam Internasional Afrika di Sudan. Pertemuan ini diselenggarakan, dengan pertimbangan, banyaknya mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas ini. Dalam pertemuan ini Universitas Islam Internasional Afrika Sudan bersedia bekerjasama dengan IIQ Jakarta. “Mereka bersedia teken MoU dengan IIQ” jelas Ahsin, selaku rektor kepada admin web IIQ. Menurutnya beliau mengusulkan lulusan IIQ Jakarta bisa melanjutkan studi di Universitas Afrika ini dengan gratis dan dapat beasiswa.
Di hari yang sama, rektor IIQ juga berkunjung ke Wazîr al-Irsyâd wa al-Aûqaf Suddan (setara dengan Kementerian Agama RI). Dalam kesempatan berharga ini, Ahsin selaku rektor menyampaikan kepada Kementerian Agama Sudan, agar lebih memperhatikan tempat tinggal atau asrama bagi para mahasiswa yang berasal dari Indonesia. Ini pada pertemuan siang hari. Pertemuan kemudian dilanjutkan malam harinya, di mana Ahsin selaku rektor IIQ diundang untuk menghadiri jamuan makan malam.
Selain itu, masih di hari yang sama, Kamis 17/04, pada sore hari, rektor IIQ berkunjung ke Jam’iyyatul Qur’an yang dipimpin Dr. Abdurrahman, dan juga bersilaturahmi menjumpai Direktur Percetakan Mushaf di Sudan yang berencana akan mencetak mushaf al-Qur’an dengan empat qirâ’ât.
Rektor IIQ Jakarta juga bersilaturahmi ilmiah ke Syeikh Fatih, ulama dan tokoh Sudan yang berjasa menyebarkan Islam di Yugaslavia. Dalam kesempatan ini Syeikh Fatih berpsean bahwa perjuangan untuk kejayaan Islam, di berbagai penjuru dunia, tidak bileh terhenti, dan harus diteruskan.
Jum’at, 18/04, pagi hari, rektor IIQ Jakarta diminta Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan untuk menjadi narasumber dalam acara Seminar Internasional di Universitas Afrika dengan mengangkat tema Ittijâh al-Hidâ’iy fi al-Tafsîr wa Ahammiyatuhu fi Wâqi’inâ al-Hadhir. Pada kesempatan ini rektor IIQ dipanel dengan narasumber lain Dekan Fakultas Syari’ah Univesitas Afrika Sudan.
Dari lawatan ilmiahnya di Sudan, Ahsin Sakho Muhammad menyatakan bahwa paling tidak ada tiga keuntungan belajar Islam di Sudan; Pertama, mendapatkan ilmu agama; Kedua, memperoleh pengajaran dan tauladan kaum shufi di Sudan, yang memang dikenal sebagai negeri Arab Islam yang paham tashawufnya tumbuh subur; Ketiga, kesederhanan. Kesederhanaan adalah salah satu pelajaran dan tauladan yang berharga yang dapat diperoleh para pelajar Islam di Sudan.
Lebih lanjut Ahsin memaparkan; “Di Sudan, kesedrhanaan adalah menjadi pemandangan umum setiap hari. Kemewahan, gedung-gedung mewah sangat jarang di negeri ini. Di Ibu Kota Sudan, Kota Khortoum, cuma ada dua swlayan (supermarket). Orang-orang Sudan juga sangat ramah dan penuh tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka meyakini bahwa selain meninggalkan al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW juga meninggalkan uswatunhasanah (suri tauladan yang baik) bagi umat Islam. Karena itu keramahan dan akhlak mulia menjadi sangat menonjol di Sudan.”
“Ke depan Sudan siap melakukan perubahan untuk menuju dan menghadapi modernisasi dan globalisasi dunia, dengan tetap berpegangg teguh pada nilai-nlai tradisional Islam. Pergerakan pengembangan al-Qur’an di Sudan juga terasa massif. Ini diantaranya ditunjukkan oleh pemerintah yang memberi keleluasan kepada Jam’iyyah al-Qur’ân --lembaga swasta di Sudan yang konsen dengan kajian al-Qur’an—untuk bergerak memasyarakan dan memajukan kajian al-Qur’an ke ranah dan wilayah mana saja dengan menempuh berbagai cara”, lanjut Ahsin.
Ahsin juga menjelaskan: “Yang menarik juga, di Sudan tidak ada kekerasan yang mengatasnamakan agama. Sifat orang Sudan, pada dasarnya adalah mudah diajak kerjasama.”
Selasa 24/04, Ahsin Sakho Muhammad sudah berada di Jeddah Arab Saudi, guna menghadiri Pertemuan al-Hai’ah al-Âlamiyah li Tahfizh al-Qur’ân. Kehadiran beliau ini mengingat rektor IIQ Jakarta yang satu ini memang a’dhâ’u muassis (anggota pendiri) dari organisai para penghafal al-Qur’an tingkat internasional tersebut. Orang Indonesia lainnya yang hadir dalam acara tersbut adalah Yusuf Manshir dan Selamet Syams dari Dar al-Qur’an milik Yusuf Manshur.
Rabu, 30/04, rektor IIQ Jakarta kembali ke tanah air. Demikianlah lawatan ilmiah internasional Rektor IIQ Jakarta, tahun 2014. (Ali Mursyid)
